Apa Arti Ngencleng? Kata Dari Bahasa Sunda yang Diucapkan Dedi Mulyadi saat Apresiasi Anak Muda di Kali Gabus

tanda tanya-pixabay-
Apa Arti Ngencleng? Kata Dari Bahasa Sunda yang Diucapkan Dedi Mulyadi saat Apresiasi Anak Muda di Kali Gabus
Dedi Mulyadi Apresiasi Anak Muda di Kali Gabus yang Berhenti Ngencleng dan Pilih Jadi Pengatur Lalu Lintas
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali mencuri perhatian publik dengan aksi sosialnya yang humanis. Kali ini, ia memuji sekelompok anak muda di kawasan Kali Gabus, Purwakarta, yang beralih dari kebiasaan “ngencleng” menjadi relawan pengatur lalu lintas.
Sosok Dedi Mulyadi memang dikenal dekat dengan rakyat. Ia tak segan turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi riil di masyarakat. Aksinya kali ini terlihat dalam sebuah video yang diunggah pada 20 Juni 2025, di mana Dedi sedang memantau situasi kemacetan di lokasi tersebut.
Apa Itu Arti Kata “Ngencleng”?
Sebelum membahas lebih jauh, istilah “ngencleng” belakangan menjadi sorotan. Kata ini berasal dari bahasa Sunda dan merujuk pada aktivitas mengumpulkan uang secara sukarela di jalanan, biasanya dilakukan dengan cara kasual seperti menggunakan kaleng bekas atau wadah sederhana lainnya.
Aksi ini umumnya dilakukan oleh pemuda atau kelompok masyarakat setempat sebagai bentuk partisipasi dalam membangun lingkungan mereka. Sayangnya, praktik ini sering disalahartikan sebagai bentuk mengemis karena dilakukan tanpa izin resmi dan di tempat umum.
Namun, bagi sebagian orang, ngencleng adalah upaya spontan untuk membantu sesama dengan cara yang mereka anggap bisa memberikan manfaat langsung.
Terobosan Dedi Mulyadi: Tawarkan Upah untuk Relawan Lalulintas
Dalam video yang beredar luas di media sosial, termasuk kanal YouTube resmi Dedi Mulyadi, terlihat pria yang akrab disapa Kang Dedi itu tengah berkendara menyusuri kawasan Kali Gabus. Di sana, ia menemukan sekelompok anak muda yang aktif membantu mengatur arus lalu lintas.
Yang menarik, Dedi menyatakan bahwa para pemuda tersebut kini sudah tidak lagi melakukan aksi ngencleng. Hal ini merupakan hasil dari komunikasi langsung yang sempat ia lakukan sebelumnya dengan kelompok tersebut.
“Sama mereka dan mereka benar enggak ngencleng tuh ya. Kemarin saya sudah ngelarang mereka ngencleng. Saya kasih sehari itu janjinya berapa? Bos, waktu itu saya janji seorang Rp100.000, ya iya Pak. Sehari lima orang kan,” ujar Dedi dalam video tersebut.
Sebelumnya, saat bertemu langsung dengan kelompok pemuda ini, Dedi memang menegaskan agar mereka tidak lagi meminta-minta di jalanan meskipun tetap dibolehkan membantu mengatur lalu lintas.
“Ini jangan mintain di jalan ya. Tapi bantu lalu lintas boleh. Enggak boleh minta-minta, masih muda, enggak pantas,” tegas Dedi dengan gaya bicara khas yang santai namun lugas.
Solusi Nyata: Upah Harian untuk Para Relawan
Untuk mendukung semangat positif mereka, Dedi menawarkan solusi konkret. Ia bersedia memberikan kompensasi berupa upah harian selama mereka tetap menjaga etika dan tidak meminta-minta kepada pengguna jalan.
“Satu orang saya kasih Rp100.000 per hari, siap? Jadi saya kasih Rp500.000 per hari untuk lima orang. Tapi bantu tanpa minta ya, sampai proyek selesai dan lalu lintas lancar,” jelas Dedi.
Selain itu, demi memastikan program ini berjalan tertib dan transparan, Dedi juga meminta data koordinator kelompok, termasuk nama lengkap dan nomor telepon mereka. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah daerah dapat memberikan pendampingan dan pembinaan secara langsung.