Pemerintah Nonaktifkan BPJS PBI, Rakyat Miskin Harus Reaktivasi? Ini Penjelasan Lengkapnya

Dokter -pixabay-
Pemerintah Nonaktifkan BPJS PBI, Rakyat Miskin Harus Reaktivasi? Ini Penjelasan Lengkapnya
Kabar mengejutkan datang dari dunia kesehatan di Indonesia. Baru-baru ini, pemerintah dilaporkan telah menonaktifkan kepesertaan BPJS Kesehatan untuk peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Langkah ini sontak memicu reaksi beragam dari masyarakat, terutama bagi kalangan kurang mampu yang selama ini bergantung pada program jaminan sosial tersebut.
Keputusan penonaktifan ini mulai berlaku sejak awal Juni 2025. Informasi ini mencuat setelah sebuah cuitan dari akun Twitter @ds_yantie yang dibagikan pada 22 Juni 2025. Dalam unggahannya, pemilik akun menyebut bahwa ribuan peserta BPJS PBI yang selama ini dibiayai oleh pemerintah pusat telah dicabut status kepesertaannya.
"Kena efisiensi juga kah?" tulisnya dalam cuitan tersebut, disertai dua tangkapan layar surat resmi dari Menteri Sosial Republik Indonesia.
Alasan Penonaktifan: Instruksi Presiden dan DTSEN
Surat yang diunggah tersebut mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2025 tentang Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Program DTSEN sendiri mulai diterapkan secara nasional sejak Mei 2025 lalu sebagai upaya penyempurnaan sistem pendataan warga miskin dan rentan agar lebih tepat sasaran.
Dari data yang tercatat, jumlah peserta BPJS PBI yang dinonaktifkan mencapai angka 7.397.277 jiwa. Jumlah ini terbagi menjadi dua kelompok utama: 5.090.334 peserta yang tidak masuk dalam database DTSEN, serta 7.397.077 peserta yang termasuk dalam kategori Desil 6–10 hasil Ground Check DTSEN. Angka yang tumpang tindih tersebut menunjukkan adanya kesalahan dalam proses validasi data.
Bagaimana Nasib Warga Miskin yang Masih Membutuhkan?
Meski demikian, pemerintah memberikan solusi bagi warga yang masih membutuhkan perlindungan jaminan kesehatan. Para peserta BPJS PBI yang telah dinonaktifkan bisa melakukan reaktivasi dengan syarat-syarat tertentu. Berikut adalah ketentuan yang harus dipenuhi:
Peserta Termasuk dalam Daftar Penonaktifan Mei 2025
Hanya peserta yang tercantum dalam daftar penonaktifan bulan Mei 2025 yang bisa mengajukan reaktivasi.
Masuk Kategori Miskin atau Rentan Miskin
Harus ada bukti hasil verifikasi dan validasi lapangan yang menyatakan bahwa peserta benar-benar termasuk dalam kategori masyarakat miskin atau rentan miskin.
Menderita Penyakit Kronis atau Darurat Medis
Peserta yang menderita penyakit kronis, katastropik, atau dalam kondisi darurat medis yang mengancam nyawa tetap bisa mengajukan reaktivasi meskipun tidak memenuhi kriteria lain.
Data Harus Dimutakhirkan
Data peserta wajib dimutakhirkan dalam dua periode pemutakhiran DTSEN terakhir. Jika tidak dimutakhirkan hingga periode ketiga, maka status kepesertaan akan dicabut kembali secara permanen.
Langkah reaktivasi ini tentu saja memerlukan usaha ekstra dari masyarakat. Mereka harus mendatangi instansi terkait, membuat surat keterangan, serta melalui proses verifikasi yang cukup panjang. Di tengah kesulitan ekonomi yang sedang dialami banyak rakyat kecil, langkah ini bisa menjadi tambahan beban birokratis.
Respon Netizen: Kekecewaan dan Kritik Mencuat
Cuitan tentang penonaktifan BPJS PBI ini langsung menjadi viral di media sosial, terutama di platform Twitter. Sampai saat ini, cuitan tersebut telah di-retweet lebih dari 27.200 kali dan mendapat ratusan komentar dari netizen.
Beberapa pengguna menyampaikan kekecewaan mereka atas kebijakan pemerintah yang dinilai kurang sensitif terhadap kondisi rakyat kecil. Akun @w__widyaa misalnya, menyampaikan kritik pedas:
"Imbas dari kasus koruptor 271 triliun yang baru ketahuan tercatat sebagai peserta BPJS PBI kah ini?"
Sementara itu, akun @qas11_ menyoroti ketidakadilan yang dirasakan masyarakat miskin di tengah pemborosan anggaran negara:
"Wah rakyat PBI gak dibayarin tapi jalan-jalan dinas menteri berjuta-juta sampai konsumsi rapat masih dilanjut, gila."
Akun @shopeedate bahkan menyinggung soal budaya korupsi yang masih merajalela di Indonesia:
"Ini kalau budaya korup hilang dari RI, kita bahkan bisa menikmati lebih dari gratis."