Viral Video Drone Juliana Marins Sebelum Tewas Jatuh di Jurang Gunung Rinjani, Alami Hipotermia hingga Teriakan Minta Tolong Terdengar

Viral Video Drone Juliana Marins Sebelum Tewas Jatuh di Jurang Gunung Rinjani, Alami Hipotermia hingga Teriakan Minta Tolong Terdengar

Julia-Instagram-

Viral Video Drone Juliana Marins Sebelum Tewas Jatuh di Jurang Gunung Rinjani, Alami Hipotermia hingga Teriakan Minta Tolong Terdengar

Baru-baru ini, jagat media sosial diramaikan dengan beredarnya sebuah video drone yang menampilkan momen tragis seorang wisatawan asal Brasil, Juliana Marins, sebelum akhirnya dinyatakan tewas setelah jatuh dari ketinggian di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Rekaman tersebut menjadi viral dan menyita perhatian publik karena memperlihatkan kondisi korban saat masih hidup meskipun dalam situasi sangat kritis.



Gunung Rinjani, salah satu destinasi pendakian paling populer di Indonesia, memang dikenal memiliki jalur yang tergolong ekstrem dan penuh tantangan. Dengan medan curam, udara dingin ekstrim, serta risiko longsor batu dan pasir, kecelakaan seperti yang dialami oleh Juliana bukanlah hal yang jarang terjadi. Namun, kejadian ini sekali lagi mengingatkan pentingnya persiapan matang dan pengawasan ketat selama melakukan aktivitas outdoor, terutama di daerah pegunungan tinggi.

Viral Video Drone: Teriakan Mintalah yang Menggelegar
Video yang awalnya diunggah oleh akun Twitter @creepyroom menunjukkan rekaman menggunakan drone di atas jurang Senaru, salah satu jalur pendakian utama Gunung Rinjani. Dalam video tersebut, terlihat Juliana yang terjebak di sela-sela tebing curam. Yang lebih mengharukan, suara teriakannya yang meminta tolong sempat tertangkap jelas oleh mikrofon drone.

"Teriakan minta tolong dari Juliana terdengar cukup jelas dalam video. Ini adalah momen yang sangat emosional dan membuat siapa pun yang melihatnya merasa prihatin," tulis akun tersebut dalam caption unggahannya.



Dari informasi yang berhasil dihimpun, insiden tersebut terjadi pada Selasa, 24 Juni 2025. Juliana diduga terpeleset dari jalur pendakian dan terjatuh sekitar 150–200 meter dari titik awal. Setelah itu, tubuhnya tergelincir lebih jauh hingga mencapai kedalaman sekitar 500 meter akibat permukaan lereng yang labil dan berpasir.

Proses Pencarian dan Evakuasi yang Menegangkan
Tim SAR gabungan langsung dikerahkan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan korban. Sayangnya, proses evakuasi terganjal oleh kondisi cuaca buruk dan kabut tebal yang menyelimuti kawasan gunung. Hal ini menyulitkan tim dalam mendekati lokasi kejadian, bahkan dengan bantuan drone dan helikopter sekalipun.

Setelah semalaman melakukan pencarian intensif, jasad Juliana akhirnya ditemukan pada Rabu pagi, 25 Juni 2025, di dinding batu curam sekitar 500 meter dari titik jatuhnya. Proses evakuasi dilakukan menggunakan teknik vertical rescue atau pengangkatan vertikal karena medan yang tidak memungkinkan untuk dievakuasi secara horizontal.

Kepala Kantor SAR Mataram, I Wayan Sujana, menjelaskan bahwa faktor alam seperti angin kencang dan visibilitas rendah turut memperlambat operasi pencarian. "Tim harus bekerja keras dengan alat seadanya. Beruntung, cuaca mulai membaik di pagi hari sehingga memungkinkan evakuasi bisa dilakukan," ujarnya.

Keluarga Korban Ucapkan Terima Kasih kepada Tim SAR
Pihak keluarga Juliana Marins yang berada di Brasil menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pencarian dan penyelamatan. Meski hasil akhirnya menyedihkan, mereka mengapresiasi upaya maksimal yang dilakukan oleh tim SAR lokal dan internasional.

Mereka juga menyampaikan bahwa Juliana adalah seorang pecinta alam dan petualang sejati. Sayangnya, pengalaman terakhirnya di Gunung Rinjani berakhir tragis. Keluarga menduga Juliana mungkin mengalami hipotermia sebelum akhirnya meninggal dunia, mengingat suhu ekstrem di kawasan puncak Rinjani yang bisa mencapai 0 derajat Celsius di malam hari.

Peristiwa Ini Soroti Pentingnya Keselamatan Pendaki
Tragedi yang menimpa Juliana Marins menjadi pengingat penting bagi para pendaki, baik lokal maupun mancanegara, akan risiko yang ada saat melakukan pendakian di gunung-gunung tinggi. Jalur Gunung Rinjani memang indah dan mempesona, namun tetap saja menyimpan banyak potensi bahaya jika tidak dilengkapi persiapan yang matang.

Selain perlengkapan pendakian yang memadai, penting juga untuk didampingi pemandu profesional serta mematuhi aturan yang ditetapkan oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR). Selain itu, para pendaki juga diminta untuk selalu waspada terhadap perubahan cuaca dan kondisi fisik selama perjalanan.

Kejadian ini juga mendorong masyarakat untuk lebih serius memperhatikan standar keselamatan dalam pariwisata petualangan. Banyak netizen yang ikut berkomentar di media sosial, meminta agar fasilitas keamanan dan respons darurat di kawasan wisata gunung ditingkatkan.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya